Sabtu, 09 April 2011

Sindrom Pernikahan

"Besok aku gndut juga teng,"ujar Ritma di rumahnya Sonopakis lor, sabtu (9/4). kalimat yang diucapkan terlontar sembari melihat foto-foto teman masa SMA waktu dulu yang sudah melepas status lajangnya melalui akun jejaring sosial facebook.

Sontak, saya yang saat itu sedang berada disampingnya kaget ketika mendengar kalimat yang diucapkan tersebut. Dalam hati kecil dan paling terkecil serta paling dalam, kalimat yang diucapkan ritma membuat sedih dan terharu.

Pasalnya dari proses 'njaluk' sampai saat ini tanda janur kuning melengkung belum terpasang di depan rumah. Padahal teman-teman seangkatan SMA dulu sudah menikah bahkan sudah ada yang punya anak. Informasi tersebut dipreoleh melalui Handpone, undangan, dan foto yang diupload ke facebook oleh teman-teman.

Perasaan gelisah dan galau sudah lama menyelimuti hati saya selaku calon dari ritma. menunggu memang bukan sesuatu yang menyenangkan bagi saya. Sebab umur kian bertambah dan takutnya akan dosa menjadi permasalahn utama bagi kami berdua.

Secara tak pasti, september merupakan bulan yang digadang-gadang menjadi akhir dari status lajang kami. Namun keinginan untuk disegerakan masih menjadi orientasi kami, tetapi nampaknya hal itu hanya menjadi wacana saja.

Kegemasan muncul dalam wajah ketika melihat wajah bayi yang imut, mungil dan lucu, sebabnya keinginan untuk memilik bayi seperti itu muncul tiap harinya. Perasaan menggendong bayi memenuhi ruang imajiner saya, selain itu saya juga membayangkan mencubit pipi bayi yang masih empuk.

Sungguh indah dan menyenangkan jika semua itu terwujud, tetapi itu hanya impian dan bayangan saja, wong menikah saja belum karena tampaknya saya akan menghadapi proses yang panjang untuk mencapai semuanya itu. Hanya kesabaran yang menjadi kunci untuk mengadapinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar